Rabu, 06 Januari 2010

REVOLUSI

RevoluciĆ³n debe ser planteada por la sangre y desgarro. Kata-kata ini lebih kurang berarti: revolusi selalu dimunculkan oleh darah dan keringat. Darah dan keringat menjadi bahan baku untuk menciptakan dan mempertahankan mesin revolusi. Dalam bahasa yang tertempel di dinding-dinding kota Surabaya dan Jakarta pada era revolusi fisik dulu tertulis : Revolution or death! Revolusi atau mati.
Siapa bilang revolusi dimunculkan oleh darah dan air mata, plus keringat dan bau kotor badan yang sudah lama nggak dicuci? Revolusi dimunculkan oleh kecerdasan dan sedikit keculasan. Revolusi ala Che Guevarra sudah mati. Hutan-hutan Amazon yang lebat dan sulit ditembusi telah dikalahkan oleh mesin-mesin kapitalis yang menjulang tinggi dengan semangat hedonistis dan hasil yang lebih cepat dibandingkan pekerjaan dan imajinasi para revolusioner dulu. Mesin-mesin eksploitasi hutan dan gunung sudah meracuni air, udara, dan ikan sehingga mengganggu nalar masyarakat lokal untuk berfikir tentang perubahan.
Itu bukan revolusi Bung. Itu proses instan dengan energi sekecil-kecilnya tapi mengharapkan hasil sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya. That's not make a revolution, that's make a love.
Revolusi adalah kombinasi kecerdasan, main curang, dan kebandelan.
Revolusi digerakkan oleh masyarakat yang sudah gerah dengan ketimpangan hidup dan menginginkan angin perubahan. Ia tak hanya ingin mengubah dengan berfikir, tapi juga bersuara dan bertindak. Tapi kemiskinan yang diciptakan oleh kapitalisme model baru sekarang, ambillah contoh kemiskinan akibat rekonstruksi ala-kapitalisme semu di Aceh, tidak akan melahirkan revolusi. Kapitalisme model baru sudah membenamkan si miskin dan si lemah semiskin-miskinnya dan selemah-lemahnya. Kapitalisme mutakhir telah belajar banyak dari sosialisme untuk membenamkannya di dasar ring tarung, demikian kata-kata yang pernah dituliskan Arief Budiman hampir dua puluh tahun lalu.
Partai mana yang menolak globalisasi di Aceh? Komunitas mana yang setia berada di samping si miskin dan korban, kecuali untuk seremoni unjuk rasa sebulan sekali dan kemudian berhenti? Siapa berani menohok BRR (ini misal lho, jangan terlalu serius dan tersinggung, karena banyak contoh lain kalau mau dideretkan di sini: Bank Dunia, Asia Development Bank, USAID) kalau tidak ditohok ulang dengan uang dan iming-iming jabatan? Revolusi sudah lama mati dan obituarinya masih tergantung di dinding rumah yang sudah lama ditinggalkan. Cahaya sore menyebabkan rumah itu menjadi dingin seumpama hantu: Hantu revolusi.
Revolusi? Kedengarannya kata-kata ini serenyah KFC dan segurih Pizza Hut. Itulah sebabnya cita rasanya telah berganti. Kata-kata ini dipakai oleh anak muda kelas menengah yang tidak pernah tidur di emper toko, bermain play station, dengan celana jeans yang sengaja dirobek, dan berteriak di dalam kelas atau dari atas gedung kuliahnya dengan tangan kiri : revolusi, revolusi, revolusi! Setelah itu menghilang bersama kekasih yang manis jelita menikmati kota hingga magrib tiba dengan Innova-nya.
Revolusi dulunya adalah kombinasi ketekunan teoritikal (sosial-humaniora), kesederhanaan, dan kekuatan kepribadian. Revolusi sekarang adalah kombinasi daun ganja, kartu kredit, dan seorang Don Corleone yang menjadi pemodal untuk mengongkosi gerakan politiknya. Revolusi tidak digerakkan oleh partai-partai mapan dan status quo. Revolusi digerakkan oleh partai amatiran tapi dengan semangat laksana seorang Daud mengalahkan Goliath, semangat seorang Saddam Hussein melawan Amerika, semangat seorang Budiman melawan Soeharto, dan semangat-semangat yang seumpama dengan itu.
Kelihatannya yang disebut revolusi hari ini, baik oleh aktivis sosial atau pun aktivis politik adalah involusi: politik jalan di tempat, tidak maju-maju, dan berputar-putar di lingkaran. Atau devolusi: pemindahan kekuasaan sekaligus harga benda seperti aset dan modal ke kantong pribadi, bukan ke kantong rakyat.
Revolusi adalah idealisme yang menjadikan kepentingan bersama sebagai tujuan sedangkan kepentingan pribadi disempitkan. Itu sebabnya, Hugo Chavez, presiden Venezuela, mengatakan revolusi itu tidak mesti ditelevisikan. Televisi hanya menyebabkan orang terbuai untuk menjadikan diri sendiri pahlawan (hero) dan orang lain asupan (zero). Itu bukan revolusi Bung! Itu American Idol!
Revolusi sangat dekat dengan altruisme, sikap menderma dan rela berkorban untuk orang lain. Revolusi seperti Nabi Muhammad, menjadikan dirinya orang pertama yang berbuat, tetapi orang terakhir yang mengecap. Revolusi itu seperti Ahmadinejad, yang siap melawan kekuatan konspiratif global dan menantang siapa saja dan di mana saja. Ahmadinejad adalah contoh revolusioner masa kini, yang bersedia mengurangi gaji seorang presiden dan menteri-menterinya hingga separuhnya untuk dana sosial dan pengentasan kemiskinan. Pendopo presiden tidak memiliki perabotan yang lux dan mahal. Semuanya tamu harus duduk bersila di atas karpet Persia yang memang artistik, unik, dan bersahaja.
Ketika ada yang menyebutkan revolusi sekarang ini, perut saya betul-betul mulas dan harus ke belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar