Minggu, 20 Juni 2010

IMSADA MENGAJAK MASYARAKAT DAUN PEDULI LINGKUNGAN MELALUI SENI

oleh : Moh. Iqbal Saymyma (Mantan ketua IMSADA)

Daun adalah sebuah desa dengan kecamatan Sangkapura yang boleh di bilang penduduk desanya merupakan yang terbanyak dibanding desa-desa yang lainnya di kecamatan Sangkapura. Desa Daun mimiliki banyak sawah yang merupakan tempat mata pencaharian utama penduduk Desa Daun, dialiri oleh sungai yang mengairi persawahan penduduk Desa Daun dan terdiri dari pegunungan-pegunungan dan hutan sehingga nampak begitu indah dan mempesona..

Berbicara sawah, sungai, pegunungan dan hutan tentu berhubungan dengan lingkungan alam Kelestarian dan keindahan sawah, sungai, pegunungan dan hutan tergantung dari kesadaran masyarakat Daun untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Oleh karena itu, IMSADA (Ikatan Mahasiswa Santri Daun) mengajak masyarakat Daun untuk peduli terhadap lingkungan sekitar melalui pentas seni

Kenapa harus melalaui seni? Seni itu relatif, dengan seni kita bisa memberikan pesan–pesan moral dan nasehat bagi masyarakat, ini akan sangat efektif mengingat di Desa Daun banyak sekali pelaku-pelaku seni yang bekompeten untuk berkampanye mengajak semua lapisan masyarakat Daun peduli dan cinta terhadap lingkungan.
Pada awal tahun 2008 masyarakat Daun pada khususnya dan masyarakat Bawean pada umumnya dikejutkan oleh bencana banjir dan tanah longsor dan bencana alam lainnya yang begitu dahsyat meluluh lantahkan rumah, sawah dan harta benda. Kenapa semua itu terjadi? Penyebab utama dari semua itu karena masyarakat tidak mempunyai kesadaran untuk merawat dan melestarikan lingkungan, penebangan liar (ilegal logging) terhadap hutan, pohon ditebang hutan dibabat hanya untuk kekayaan pribadi.

Hutan yang rusak dan sungai yang tidak mampu menampung luapan air hujan, berakibat banjir yang merusak dan membahayakan, tidak saja bagi lahan pertanian, peternakan, permukiman bahkan harta benda dan jiwa manusia. Berkurangnya hutan berakibat air hujan yang meresap ke dalam tanah berkurang. Hilangnya hutan juga berarti makin besarnya erosi dan tingginya kandungan lumpur dalam air sungai. Lumpur yang mengendap di hilir dan muara sungai, menghambat kelancaran arus air sehingga risiko banjir semakin tinggi. Oleh karena itu berhentilah menebang pohon secara liar karena setiap pohon yang tumbuh di hutan mampu menyedot air dan mengalirkan secara perlahan melalui sungai. Pohon berdiameter satu meter sanggup menampung delapan drum air. Kalau hutan dibabat dan ribuan pohon ditebang, dapat dihitung berapa kerugiannya.

Kelestarian dan kebersihan sungai juga harus dijaga, berhentilah membuang sampah ke sungai, dengan membuang sampai ke sungai, sungai akan kotor, bau dan mendangkal, dan ketika turun hujan jelas akan memicu mampet dan tersumbatnya aliran air dan ketika limpahan air hujan melebihi kapasitas saluran air, banjir pun menyebar.

Minimnya kesadaran masyarakat terhadap kelistarian lingkungan dan kurangnya rasa memiliki terhadap sungai dan hutan mengakibatkan tidak bertanggung jawabnya masyarakat akan lingkungan. Untuk itu imsada mengajak semua lapisan masyarakat untuk peduli terhadap alam dan lingkungan. Dalam hal ini, kiranya tidak berlebihan bila dikemukakan bahwa pada hakikatnya, bencana banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan kerugian besar, baik harta maupun jiwa manusia, adalah peringatan dari Allah SWT terhadap perilaku manusia. Akankah daerah kita terbebas dari bencana banjir? Hal itu pada dasarnya terpulang pada kesadaran, kemauan, dan kemampuan individu, dan masyarakat untuk mengatasi faktor-faktor penyebabnya.

Intinya adalah mulai dari sekarang dan untuk seterusnya BERHENTILAH menebang pohon secara liar, membuang sampah ke sungai, SADARILAH bahwa penyebab banjir dan tanah longsor karena kita kurang bersahabat dengan alam dan lingkungan, oleh karena itu menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh warga Desa Daun untuk mengubah sikap rendah yang tak menghargai alam lingkungan, menjadi hormat dan menjaga lingkungan.